perpisahan

Perpisahan

Biarkan aku pergi
Sekelumit kata pecah
mengurai senyap yang singgah
sejak kita hidup dalam zaman bisu
meretas jarak dari rentang waktu
yang tak tampak meski kita bersatu
membingkai kenangan tanpa bekas

kau terperangah dalam sejuta tanya
tegur sapa lama tak bersahabat
bahkan tatapan pun kita buatkan sekat
kita tenggelam dalam dunia yang berbeda
meski langit terjunjung di atas satu

mendung mengejan
merontokkan butiran-butiran bening
menggenang darah dari luka hati yang meleleh
namun lukaku telah menjadi arang
hitam dan membara

perjalanan kita telah usai
sebelum sampai pada tujuan yang kita mau
namun banyak persimpangan yang telah kita lewati
mungkin dengan menelusurinya seorang diri
kita akan menemukan apa yang kita cari

pergilah,
jawaban itu sekaligus mengakhiri zaman bisu

datanglah kau maka kau akan selamatkan kami… jibril

Jibril
setra

Purnama mengapung di biru banyu telaga
Sesekali meleleh oleh arus gelombang
Memandanginya dengan gamang
Angin yang parau bergegas pergi
Hingga merasa benar-benar sendiri
ditangkup sunyi daun-daun yang bermandi cahaya purnama
Kami beri¬stirahat di pinggir telaga itu
hanyut oleh pikiran-pikiran kami
Inilah perjalanan terjauh dan terlelah kami
sebelum sampai pada telaga ini
Inilah pertama kali kami merasa begitu lelah
setelah bertahun-tahun memburu buruan kami yang bergerak begitu cepat
Kami seperti mengejar kilat.
Jiwa-jiwa kami masih saja memburu perburuan kami

“Kami ingin Jibril,” kata kami kepada mereka
“Kami tak mau tahu, bagaimana cara kalian mendatangkan Jibril bagi kami”
Apakah kalian akan sholat sepanjang hari?
Apakah kalian akan berdoa dan mengaji?
Apakah kalian akan menangkar atau menjebak Jibril dengan sebuah perangkap?
Kami tak mau tahu dengan itu semua.
Sekarang, katakan kepada kami, kapan kalian bisa menyediakan Jibril bagi kami?”
Untuk jadi perburuan kami yang baru

“Jibril!!”
“Jibril!!”
“Buru!”
Teriakan itu, mendadak menyadarkan kami,
betapa memang inilah yang selama ini kami tunggu-tunggu.
Jibril, cahaya biru itu yang dengan cepat bergerak dengan sayap mengepak
“Kejar!”
Kami pun melesat, mengejar Jibril
Bertahun-tahun kami memburu
Membiarkan kaki kami koyak oleh duri, membiarkan rambut dan jenggot kami memanjang tak terawat
Kami tak punya waktu untuk memikirkan itu semua
Jiwa pemburu kami bergelora oleh gairah perburuan kali ini
Inilah perburuan paling menakjubkan bagi kami

Magrib, 29 september 2009