Pemuda dan Budaya by arifakbarjp

Budaya dilahirkan beribu tahun yang lalu sejak manusia ada di bumi. Kebiasaan yang bagai telah menjadi dan membentuk perilaku manusia tersebeut diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya.  Budaya itu sendiri merupakan suatu produk dari akal budi manusia, itu setidaknya apabila dilakukan pendekatan secara etimologi. Budaya dalam hal ini disebut kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Menurut Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.[1]

Telah dikemukakan diatas bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang diturunkan dari generasi satu ke generasi yang lain, yang kemudian disebut superorganic. Dalam pergiliran budaya antar generasi ini dibutuhkan adanya generasi perantara yang sudah mampu melakukan pemahaman dari generasi tua dan mampu mengkomunikasikan kedalam bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh generasi selanjutnya (dalam hal ini merupakan anak-anak. Generasi perantara itu adalah pemuda. Ya, pemuda.

Belakangan ini beberapa pemuda yang telah lama terlelap dalam budaya hedonisme mulai menguak dan menggeliat dalam perhatianya pada kebudayaan nusantara. Tentunya perubahan ini sangat positif dan perlu disambut baik oleh berbagai macam pihak. Dengn begitu, gayung pun bersambut. Apabila perantara ini telah ada dan siap melakukan tugasnya, maka bisa diibaratkan neurotransmitter dalam sel otak yang menghantarkan impuls sel saraf dalam otak agar mendapat tanggapan berupa aksi. Hal ini tentunya tidak bisa hanya dilakukan oleh beberapa pemuda saja melainkan diperlukan seluruh pemuda untuk bersatu. Ingat kata-kata bung Karno, “Berikan aku 20 oran tua, niscaya akan kugemparkan satu negara.” “Berikan aku 10 pemuda saja, akan kugemparkan seluruh dunia.” Ini menunjukan bahwa pemuda itu memiliki potensi yang begitu luar biasa.

Potensi yang ada dalam pemuda terutama pada pemuda yang bersatu bila digunakan dengan baik untuk melestarikan kebudayaan nusantara niscaya Indonesia bisa menjadi mercusuar bagi kebudayaan di seluruh dunia. Secara tidak langsung menjadi mercusuar bagi seluruh kebudayaan di dunia akan mingkatkankan pendapatan Negara kita. Bagaimana bisa? Seperti hubungan sebab-akibat, budaya kita luar biasa eloknya demikian juga dengan faktor pendukungnya mengakibatkan turis tertarik kemudian mengunjungi Indonesia. Artinya devisa pun bertambah.

Luar biasa bukan manfaat dari melestarikan kebudayaan. Menurut saya, budaya merupakan asset berharga yang nilinya melebihi bilai barang tambang. Budaya merupakan source yang takkan habis (tentunya bila dilestarikan) sedanghkan barang tambang sifatnya tak terbarukan, bisa habis. Jadi apabila Negara menginginkan profit jangka panjang dan mengentaskan penganggutran di Indonesia, alternative jawabannya adalah lestarikan budaya dengan menggunakan potensi yang dimiliki pemuda tentuta tanpa melupakan peran serta golongan tua.

Geliat pemuda itu terlihat sekali sehabis terjadi klaim budaya dari Negara yang tidak tahu diri. Kementrian pemuda dan olahraga beserta kementrian budaya dan pariwisata giat melakukan sosialisasi dan gerakan –gerakan persuasi agar masyarakat mau melestarikan budayanya sendiri. Agaknya seperti itulah yang menjadi latar belakang pemuda yang akhir-akhir ini terlihat menggeliat dalam bidang budaya. Dalam ruang lingkup saja, missal di UGM khususnya ukm yang bernafaskan kebudayaan lokal kebanjiran peminat. UKJGS misalnya, peminatnya berhasil memecahkan rekor selama beberapa tahun terakhir ini, yang jumlah peminatnya menacpai seratus empat puluhan personel. Lagi, dalam kurun waku yang sama, FIB UGM menyelenggarakan “nusantara days” yang diikuti beberapa universitas dari seluruh Indonesia. Pada ajang tersebut ditampilkan berbagai macam kebudayaan daerah dimana universita itu berada. Semua kegiatan yang telah disebutkan, semuanya diakomodir oleh pemuda. Ya, lagi-lagi pemuda. Begitu dhasyatnya potensi yang dimilki oleh pemuda.

Marilah teman-teman pemuda sekalian. Sesuatu yang besar telah menanti kita jika pemuda bersatu. Dengan upaya dan cucuran keringat, kita lestarikan budaya nusantara, kita gaungkan budaya kita ke seluruh jagad raya. Percayalah bahwa pemuda, bisa! “pemuda berbudaya?” kenapa tidak? Sebagai seorang pemuda Indonesia sejati tentunya akan merasa bangga dengan keragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Rasa bangga saja tentunya belumlah cukup, perlu upaya dan sumbangsih teman-teman pemuda sekalian agar budaya nusantara tetap lestari dan menjadi tuan rumah di rumah sendiri. Jangan sampai budaya kita yang adi luhung diklaim lagi oleh Negara-negara lain. Maka dari itu pemuda Indonesia, Bersatulah! Pedulilah! Dan lestarikanlah budayamu! Karena budayamu,  itulah identitasmu.

Saya  rasa kiranya sekian dulu celoteh dari saya. Semoga celoteh saya ini tidak hanya menjadi sekadar celoteh tetapi menjadi renungan bagi teman-teman pemuda sekalian. Terimakasih, salam pemuda! Salam budaya! Pemuda bisa!

Hilangkah atau Lestarikah Budaya Bangsa[1] Feralia Goretti Situmorang[2]

Seperti yang kita ketahui bahwa pemuda berperan penuh dalam aktivitas kebangsaan. Maksudnya, pemuda mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan suatu bangsa. Pemuda mempunyai semangat yang menggebu-gebu, enerjik, dan idealis. Ya, pemuda memang tercipta sebagai manusia yang mempunyai kinerja otak yang luar biasa. Tak disangka jika kebanyakan pemudalah yang lebih dibutuhkan oleh berbagai institusi. Karena, pemuda mempunyai otak yang luar biasa dalam proses berpikir dan bersikap kritis serta mempunyai daya kreativitas yang tinggi. Pantaslah pemuda sebagai orang yang lebih diharapkan dan diimpikan oleh masyarakat dalam membawa negeri ini menuju kearah yang lebih baik.[3]

Pada Sumpah Pemuda sebagai bukti sejarah, menjelaskan bahwa semangat para pemuda di jaman dulu sangatlah besar, terutama peristiwa Rengasdengklok yang begitu mengetuk hati. Ya, peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta yang bertujuan untuk mendesak mereka supaya secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, telah menjadi bukti nyata bahwa begitu besar keinginan pemuda dalam memperjuangkan bangsa Indonesia.[4]

Kita lihat keadaan sekarang ada beberapa pemuda-pemuda Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia yang belum benar apa lagi ditambah dengan bahasa-bahasa asing dan bahasa-bahasa alay yang sering kita dengarkan. Hal tersebut tidaklah dilarang, tetapi akan lebih sempurna bila kita sebagai bangsa yang baik bisa menggunakan bahasa Ibu kita, ibu pertiwi, dengan baik pula. Karena, ciri bangsa yang baik dan berkarakter adalah dia yang cinta terhadap bahasanya sendiri dan mampu menggunakannya dengan baik.

Bukan hanya bahasa, budaya juga sangat penting bagi perkembangan suatu bangsa. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhi (akal atau budi),diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut istilah kebudayaan merupakan sesuatu yang agung dan mahal, tentu saja karena kebudayaan  tercipta dari hasil rasa, karya, karsa dan cipta manusia yang kesemuanya merupakan sifat yang hanya ada pada manusia.[5]

Seni dan budaya sekarang ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perangkat tata pergaulan antar bangsa, sehingga akan mudah ditemui ciri sebuah bangsa melalui produk seni dan budayanya. Budaya juga merupakan warisan negara yang turun-temurun diberikan dari generasi satu ke generasi yang lain. Budaya tidak akan hilang bila kita menjaganya dengan baik. Seperti yang kita ketahui bahwa budaya Indonesia sangatlah banyak, mulai dari bahasa, makanan khas,  tarian, pakaian seperti batik dan kebaya, musik-musik beserta alat musiknya yang berbeda-beda tiap daerah.

Ada sebuah kalimat yang mengatakan saat saya mencari tentang kebudayaan yaitu: ketika kebudayaanmu terkikis oleh zaman, maka identitasmu pun akan ikut terkikis oleh zaman tersebut. Sangatlah jelas makna dari kata-kata tersebut bahwa bila kita tidak bisa menjaga dengan baik kebudayaan sendiri, kebudayaan itu akan hilang dan diklaim oleh orang lain. Hal tersebut tidak akan menjatuhkan si pengklaim, justru yang merasa diklaimlah yang akan terjatuh dengan sendirinya. Jatuh dalam arti harga diri tidak bisa dikembalikan lagi. Kita hanya akan menanggung malu. Malu karena tak bisa menjaga kebudayaan sendiri dengan baik.[6]

Sebagaimana kita ketahui bahwa kekuatan seni budaya lokal (daerah) dengan keragaman dan kekuatan sebagai alat pemersatu, merupakan basis untuk menyusun dan mewujudkan kekuatan seni budaya sebuah bangsa. Keterikatan semua unsur /elemen bangsa dalam menjaga dan menjadikan seni budaya sebagai alat kebanggaan dalam tata pergaulan dunia merupakan kewajiban bersama, khususnya pemudanya. Kekayaan negeri kita selain sumber daya alam, justru terletak pada banyaknya produk seni budaya dari berbagai suku bangsa dan daerah kita. Sekarang, bagaimana caranya agar bangsa kita tidak merasa dijatuhkan lagi? Peran pemuda dalam hal ini sangatlah penting.

 Pemuda diharapkan mampu memberikan apresiasi yang cukup besar terhadap kebudayaan bangsa. Karena melalui campur tangan pemuda, masyarakat yakin warisan budaya akan cepat tersampaikan, melihat daya tangkap dan kreativitas pemuda sangatlah tinggi. Namun, tetap saja, hal itu tidak akan tercapai bila tidak ada kesadaran dari pihak pemuda itu sendiri. Ditambah dengan pengaruhnya budaya luar yang sangat cepat sehingga budaya sendiri terlupakan. Para pemuda tentu harus bersatu membangun benteng yang kokoh agar tidak dirobohkan atau bahkan direbut oleh orang lain.

Pemuda Indonesia diharapkan dapat memberi ruang bagi pemberdayaan dan pengembangan potensi pemuda untuk mengekspresikan ide kreatif untuk kebanggaan bangsa kita. sehingga dapat menyiapkan diri menjawab tantangan zaman. Pemuda sebagai penggerak peningkatan kualitas kebudayaan bangsa tentunya harus menjadi pelopor agar semua kemampuan, potensi, ketrampilan dan idealismenya mampu menjaga tegaknya seni budaya dan mempertahankannya sebagai identitas dan ciri kas bangsa.

Pemuda sebagai generasi penerus bangsa diharapkan mampu menjaga dan melestarikan kebudayaan yang telah diwariskan kepadanya. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan pemuda dalam melestarikan kebudayaan selain rasa bangga yang tinggi, misalnya menjadi penonton dalam acara-acara yang menampilkan budaya-budaya Indonesia. Itu adalah salah satu bentuk kecil dari apresiasi pemuda terhadap budaya. Atau, para pemuda aktif dalam komunitas-komunitas yang mempunyai tekad yang sama dalam melestarikan kebudayaan.

Bukan pada acara-acara saja warisan budaya bangsa ini harus disalurkan, tetapi di dalam proses pendidikan juga, seperti di SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, atau tempat-tempat pendidikan lainnya yang mengajarkan berbagai kebudayaan Indonesia sendiri.

Di sini tentu harus ada kerjasama antar seluruh warga masyarakat, baik yang tua, muda, atau anak-anak. Yang pasti semua sikap dan perilaku masyarakat bertumpu pada tekad yang sama yaitu untuk melestarikan kebudayaan sebagai warisan yang akan selalu kekal dan dikenal oleh masyarakat luas.

Pemuda memiliki peran untuk bertanggung jawab atas tercapainya upaya mempertahankan dan melestarikan seni budaya lokal  sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari seni budaya nasional. Karena secara konseptual, apa yang disebut sebagai identitas adalah sejarah budaya suatu bangsa/negara. Banyak orang menentukan standar kemajuan suatu Negara dari perkembangannya.

Disinilah peran generasi muda di lingkungan tempat mereka tinggal untuk bersama-sama mengarahkan itu semua melalui pelestarian kebudayaan, salah satunya dengan ikut serta langsung dalam acara festival budaya di daerah masing-masing agar dapat mengenal dan mencintai kebudayaan yang ada di Indonesia sejak dini. [7]

Hal inilah yang membuktikan bahwa di pundak pemudalah masa depan pembangunan bangsa dan negara Indonesia, karena pada diri generasi muda tersimpan potensi yang besar dan memiliki daya kreatifitas yang tidak terbatas untuk kesuksesan suatu pembangunan. Begitu juga dalam pelestarian budaya di suatu Negara. Kontribusi dan apresiasi yang besar dari generasi muda sangat diperlukan karena generasi muda sebagai tenaga-tenaga professional yang energik, kreatif, dan inovatif.

Pemberdayaan generasi muda untuk melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia ini sangat dibutuhkan sebagai upaya mempercepat kemajuan untuk dunia industri budaya dan pariwisata Indonesia di masa yang akan datang.

 

Tugas Kita Sebagai Pemuda Indonesia [1] Ineto Masgatot Tian Ingsasu (9977455324)[2]

Seperti yang kita ketahui bahwa pemuda berperan penuh dalam aktivitas kebangsaan. Maksudnya, pemuda mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan suatu bangsa. Pemuda mempunyai semangat yang menggebu-gebu, enerjik, dan idealis. Ya, pemuda memang tercipta sebagai manusia yang mempunyai kinerja otak yang luar biasa. Tak ayal, kebanyakan pemudalah yang lebih dibutuhkan oleh berbagai institusi. Karena, pemuda mempunyai otak yang luar biasa dalam proses berpikir dan bersikap kritis serta mempunyai daya kreativitas yang tinggi. Pantaslah pemuda sebagai orang yang lebih diharapkan dan diimpikan oleh masyarakat dalam membawa negeri ini menuju kearah yang lebih baik.

Sumpah Pemuda sebagai bukti sejarah, menjelaskan bahwa semangat para pemuda di jaman dulu sangatlah besar, terutama peristiwa Rengasdengklok yang begitu mengetuk hati.[3] Ya, peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta yang bertujuan untuk mendesak mereka supaya secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, telah menjadi bukti nyata bahwa begitu besar keinginan pemuda dalam memperjuangkan bangsa Indonesia. Di jaman sekarang, adakah semangat juang yang seperti itu di dalam jiwa para pemuda? Mungkin ada, tetapi tak banyak yang tersalurkan.

Kita bisa melihat dari hal kecil saja terlebih dahulu. Saya tidak mau menyatakan banyak, yang pasti ada beberapa dari pemuda-pemuda di Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesianya belum benar. Tak sedikit dari mereka selalu berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang dicampuradukkan dengan bahasa asing atau bahasa pergaulan yang sudah menjadi kebiasaan di kalangan pemuda modern. Hal itu tidak dilarang, tetapi akan lebih sempurna bila kita sebagai bangsa yang baik bisa menggunakan Bahasa Indonesia kita dengan baik pula. Karena, ciri bangsa yang baik dan berkarakter adalah dia yang cinta terhadap bahasanya sendiri dan mampu menggunakannya dengan baik.Bukan hanya bahasa, budaya juga sangat penting bagi perkembangan suatu bangsa.

Budaya merupakan warisan negara yang turun-temurun diberikan dari generasi satu ke generasi yang lain. Budaya tidak akan hilang bila kita menjaganya dengan baik. Seperti yang kita ketahui bahwa budaya Indonesia sangatlah banyak, mulai dari bahasa, makanan khas,  tarian, pakaian seperti batik dan kebaya, musik-musik beserta alat musiknya yang berbeda-beda tiap daerah.

Ada sebuah kalimat yang pernah saya baca saat browsing di internet, yaitu ketika kebudayaanmu terkikis oleh jaman, maka identitasmu pun akan ikut terkikis oleh jaman tersebut. Sangatlah jelas makna dari kata-kata tersebut bahwa bila kita tidak bisa menjaga dengan baik kebudayaan sendiri, kebudayaan itu akan hilang dan diklaim oleh orang lain. Hal tersebut tidak akan menjatuhkan si pengklaim, justru yang merasa diklaimlah yang akan terjatuh dengan sendirinya. Jatuh dalam arti harga diri tidak bisa dikembalikan lagi. Kita hanya akan menanggung malu. Malu karena tak bisa menjaga kebudayaan sendiri dengan baik.

Sekarang, bagaimana caranya atau solusi agar bangsa kita tidak merasa kehilangan budayanya ? Peran pemuda dalam hal ini sangatlah penting. Pemuda diharapkan mampu memberikan apresiasi yang cukup besar terhadap kebudayaan bangsa. Karena melalui campur tangan pemuda, masyarakat yakin warisan budaya akan cepat tersampaikan, melihat daya tangkap dan kreativitas pemuda sangatlah tinggi. Namun, tetap saja, hal itu tidak akan tercapai bila tidak ada kesadaran dari pihak pemuda itu sendiri. Ditambah dengan pengaruhnya budaya luar yang sangat cepat sehingga budaya sendiri terlupakan. Para pemuda tentu harus bersatu membangun benteng yang kokoh agar tidak dirobohkan atau bahkan direbut oleh orang lain.

Pemuda sebagai generasi penerus bangsa diharapkan mampu menjaga dan melestarikan kebudayaan yang telah diwariskan kepadanya. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan pemuda dalam melestarikan kebudayaan selain rasa bangga yang tinggi, misalnya menjadi penonton dalam acara-acara yang menampilkan budaya-budaya Indonesia. Itu adalah salah satu bentuk kecil dari apresiasi pemuda terhadap budaya. Atau, para pemuda aktif dalam komunitas-komunitas yang mempunyai tekad yang sama dalam melestarikan kebudayaan. Hal tersebut juga tak jauh dari peran aktif golongan tua yang membantu menyediakan fasilitas-fasilitas untuk pengadaan acara-acara yang berhubungan dengan kebudayaan, dalam hal ini adalah pemerintah.

Bukan pada acara-acara saja warisan budaya bangsa ini harus disalurkan, tetapi di dalam proses pendidikan juga, seperti di SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, atau tempat-tempat pendidikan lainnya yang mengajarkan berbagai kebudayaan Indonesia sendiri. Di sini tentu harus ada kerjasama antar seluruh warga masyarakat, baik yang tua, muda, atau anak-anak. Yang pasti semua sikap dan perilaku masyarakat bertumpu pada tekad yang sama yaitu untuk melestarikan kebudayaan sebagai warisan yang akan selalu kekal dan dikenal oleh masyarakat luas.Sesungguhnya, “Melestarikan suatu budaya lebih sulit dari pada membuat budaya yang baru”, demikian ungkpan orang bijak.[4] Tapi itulah kenyataanya saat ini yang terjadi kita lebih sulit mempelajari budaya daerah yang tak lain milik kita sendiri. Konsisi seperti ini bisa kita lihat begitu banyak anak muda kita yang lebih hapal lagu lagu barat ketimbang lagu daerah seperti lagu Ongkona Bone, Ininnawa sabbarae,  dan lain sebagainya, Nah disinilah peran penting para pemuda untuk menyelamatkan serta melestarikan budaya daerah yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat saat ini.

Sejatinya, kesadaran untuk melestarikan budaya daerah ini idealnya memang harus dimulai dari para pemuda, karena di pundaknyalah ada potensi besar yang perlu mendapat motivasi dari berbagai pihak. Sudah selayaknya dan sudah menjadi kewajiban kita para pemuda  untuk terus berusaha dan berupaya untuk terus melestarikan peninggalan sejarah nenek moyang kita yang telah ditinggalkan dalam bentuk budaya maupun bentuk bangunan bersejarah.

Sebagai generasi penerus sudah seharusnya jika para pemuda menggali potensi dirinya dan berupaya untuk mengaktifkan lagi kebudayaan daerah yang sebagian besar sudah tergeserkan oleh nilai budaya asing yang secara nyata bertentangan dengan budaya dasar daerah kita.

Pemuda sebagai aset penerus eksistensi budaya daerah sudah menjadi kewajiban baginya untuk berusaha dan berupaya untuk melestarikan kebudayaan daerah yang sebagian sudah hamper punah, sehingga kebudayaan  yang hampir punah itu bisa dibangkitkan lagi. Kecintaan kita pada budaya dan berusaha membentuk kelompok kelompok pecinta budaya daerah serta bekerja sama dengan pemerintah untuk membantu berdirinya sarana dan prasarana agar terwujudnya kelestarian budaya daerah tersebut. Dengan berdirinya kelompok sanggar muda tersebut diharapakan dapat melestarikan budaya daerah yang ada dan menumbuhkan kecintaan serta kesadaran generasi muda akan pentingya untuk melestarikan budaya daerahnya.

Sehingga apa yang menjadi tradisi dan khasan suatu daerah akan tetap ada dan kejayaan dimasa lalu menjadi sejarah tersendiri yang bisa dibanggakan di oleh generasi penerusnya kelak. Peran pemuda dalam hal ini sangatlah penting. Pemuda diharapkan mampu memberikan apresiasi yang cukup besar terhadap kebudayaan bangsa. Karena melalui campur tangan pemuda, masyarakat yakin warisan budaya akan cepat tersampaikan, melihat daya tangkap dan kreativitas pemuda sangatlah tinggi.

 

 

Pemuda Sebagai Generasi Perantara Kebudayaan[1] Choirul Machmudi ( 9985796171)[2]

Budaya dilahirkan beribu tahun lalu sejak manusia mulai mengisi kekosongan di bumi. Kebiasaan yang telah dilakukan manusia menjadi budaya yang di wariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Budaya itu sendiri merupakan suatu produk dari akal budi manusia, itu setidaknya apabila dilakukan pendekatan secara baik[3]. Budaya sangat erat kaitannya dengan masyarakat karena sesuatu yang terdapat di masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Telah diungkapkan di atas bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang di turunkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Dalam pergiliran budaya antar generasi ini di butuhkan adanya generasi perantara yang sudah mampu melakukan pemahaman dari generasi tua dan mampu mengkomunikasikan ke dalan bahasa yang ringan dan mudah di mengerti oleh generasi selanjutnya. Generasi perantara itu adalah pemuda.

Belakangan ini beberapa pemuda yang telah lama terlelap dalam kebudayaan hedonisme mulai menguak dan menggeliat dalam perhatiannya pada kebudayaan nusantara. Tentunya perubahan ini sangat positif dan perlu disambut baik oleh berbagai macam pihak. Apabila perantara ini telah ada dan siap melakukan tugasnya. Hal ini tentunya tidak bisa dilakukan oleh beberapa pemuda saja melainkan selurih pemuda untuk bersatu. Ingat kata-kata Bung Karno, “Berikan aku 20 orang tua, niscaya akan ku gemparkan suatu negara”. “Berikan aku 10 pemuda saja, akan ku gemparkan seluruh dunia”.[4] Ini menunjukan bahwa pemuda itu memiliki potensi yang begitu luar biasa.

Seperti yang kita ketahui bahwa pemuda berperan besar dalam pelestarian budaya. Pemuda mempunyai semangat yang besar dan menggebu, enerjik dan idealis.  Ya, pemuda memang tercipta sebagai manusia yang mempunyai kinerja otak yang luar baisa yang membuatnya biasa dalam proses berpikir dan bersikap kritis serta mempunyai daya kreativitas yang tinggi. Pantaslah pemuda adalah orang yang lebih diharapkan oleh masyarakat dalam membawa negeri ini menuju ke arah yang lebih baik.

            Karena budaya merupakan warisan negara yang sudah ada dari dulu yang di turunkan dari satu generasi ke generasi yang lain. Budaya tidak akan hilang jika kita dapat menjaganya dengan baik[5]. Seperti yang kita ketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki banyak kebudayaan mulai dari bahasa, makanan khas, tarian, pakaian adat masing-masing daerah, serta yang lain.

 Jika kita tak dapat menjaga kebudayaan kita ini kita hanya akan menanggung malu. Malu karena tidak bisa menjaga kebudayaan sendiri dengan baik. Sekarang, bagaimana caranya agar budaya bangsa ini tidak merasa di jatuhkan lagi? Peran pemuda dalam hal ini sangat penting. Pemuda diharapkan mampu memberikan apresiasi yang cukup besar terhadap kebudayaan bangsa. Karena dengan campur tangan para pemuda, masyarakat yakin warisan budaya akan cepat tersampaikan, melihat daya tangkap dan kreativitas para pemuda yang sangat tinggi.

Namun, tetap saja hal itu tidak akan tercapai bila tidak ada kesadaran dari pemuda itu sendiri, ditambah lagi budaya asing yang cukup cepat merasuki jiwa para pemuda sekarang sehingga budaya sendiri terlupakan. Dan juga banyak remaja sekarang  melakukan tindakan anarkis dengan jalan kekerasan lewat cara entah itu tawuran, perkelahian, perkosaan, sampai berujung kriminal. Inilah remaja yang sukanya seenaknya sendiri, apakah pemuda seperti itu dapat mempersatukan dan mempertahankan kebudayaan bangsa? Tentu tidak. Dalam hal ini pemerintah sudah mengupayakan dengan observasi di sekolah-sekolah khususnya di sekolah-sekolah yang sering terlibat kekerasan.

 Kita sebagai generasi muda, sudah seharusnya berpartisipasi secara aktif pada pembangunan kota khusunya dalam bidang budaya. Partisipasi tersebut dapat dilakukan melalui para generasi muda yang memiliki kemauan, kemampuan, dan harapan yang besar unutk membangun dan meningkatkan potensi yang ada  suatu daerah. Potensi yang dimiliki setiap daerah Indonesia sangatlah besar karena bangsa Indonesia memiliki bayak kebudayaan, kesenian, suku, ras, bahasa, agama, dan kepercayaan yang berbeda-beda di setiap daerahnya.

Hal tersebut tentu bukanlah menjadi penghambat untuk kita karena begitu banyak perbedaan, namun sebaliknya perbedaan tersebut tentu akan menjadi kekuatan dan kelebihan yang dimiliki Indonesia. Generasi muda sebagai elemen yang sangat penting dan tidak bisa digantikan dengan apapun dalam melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia dan sekaligus berkontribusi sangat besar dalam pembangunan bangsa dan Negara Indonesia.

Pemuda sebagai generasi penerus bangsa diharapkan mampu menjaga dan melestarikan kebudayaan yang telah diwariskan kepadanya. Banyak cara yang dapat dilakukan pemuda dalam melestarikan kebudayaan yang telah diwariskan.

Namun, bukan hanya pemuda saja yang di butuhkan untuk mempertahankan kebudayaan yang ada, tetapi kerjasama antar seluruh warga masyarakat baik yang tua, muda, atau anak-anak juga dibutuhkan. Semua sikap dan perilaku masyarakat betujuan pada tekad yang sama yaitu untuk melestarikan kebudayaan sebagai warisan yang akan selalu kekal dan dikenal oleh masyarakat luas. Permasalahnya terhadap masyarakat saat ini adalah masih banyak kalangan masyarakat yang belum mengetahui, memahami, mengusai, dan mengkomunikasikan budaya lokal yang ada di daerahnya sendiri.

Disinilah peran generasi muda di lingkungan tempat tinggal mereka untuk bersama-sama mengarahkan dan membimbing masyarakat yang belum mengetahui yang ada di lingkungannya, salah satunya yaitu dengan berpartisipasi secara langsung dalam cara festival budaya daerah masing-masing agar dapat mengenal dan mencintai kebudayaan yang ada di Indonesia sejak dini dan tetap mempertahankan budaya tersebut agar tidak hilang di makan zaman yang semakin modern ini. Hal inilah yang membuktikan bahwa pemuda adalah masa depan pembangunan bangsa dan Negara Indonesia, karena pada diri generasi muda tersimpan potensi yang besar dam meemiliki daya kreatifitas yang sangat besar dan tidak terbatas untuk kesuksesan suatu pembangunan.

Begitu juga dalam pelestarian budaya di suatu negara. Kontribusi dan apreasiasi yang besar dari generasi muda sebagai frontliner untuk melestarikan kebudayaan Bangsa Indonesia ini sangat dibutuhkan sebgai upaya mempercepat kemajuan untuk dunia industri budaya dan pariwisata di masa yang akan datang. Maka dari itu kita sebagai generasi muda Indonesia cintailah dan jagalah kebudayaan negara kita agar maju dan tidak hilang begitu saja karena tidak adanya partisipasi dari para generasai muda.

Budaya di indonesia sudah turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya dan dalam proses itu harus ada generasi perantara. Generasi perantara itu adalah generasi  muda yang penuh talenta yang di percaya oleh masyarakat untuk menjaga kebudayaan negara ini. Dan dalam prosesnya kerjasama seluruh warga negara diperlukan. Jadi, maka dari itu kita sebagai generasi muda Indonsia tetaplah semangat dan bangga dengan kebudayaan negara sendiri dan selalu berusaha untuk menjaga kebudayaan tersebut.

           

 

Pentingnya Peran Pemuda Terhadap Eksistensi Kebudayaan[1] Eka Puspa Sari (9970843812)[2]

Pemuda merupakan generasi bangsa, yang akan menentukan perubahan-perubahan dimasa yang akan datang[3]. Namun, kondisi pemuda saat ini sangat memperhatinkan, baik dari segi kepribadian yang sudah kehilangan karakter hingga seseorang yang berpendidikan dan budaya yang tidak di hargai lagi. Kita lihat saja di siaran-siaran TV sekarang banyak sekali berita tentang seorang pelajar maupun mahasiswa yang sering tawuran, padahal mereka menggunakan seragam rapi di tubuh para pemuda-pemuda tersebut sudah tampak dengan jelas bahwa seharusnya mereka tidak harus melakukan hal yang sangat tidak pantas jika seorang pelajar berbuat hal yang sangat bersebrangan dengan apa yang telah didapatkan nya dari bangku pendidikan.

Kembali ke permasahalan peran pemuda dalam melestarikan budaya bangsa, seperti yang kita ketahui dan kita dengar di berita akhir-akhir ini begitu ramai tentang budaya kita yang diakui oleh negara lain dan saat itu pula gempar hak kepemilikkan budaya kita yang mau diambil oleh negara lain. Hal ini terjadi karena kita selama ini diam dan merasa tidak memperdulikan budaya kita sendiri, setelah kejadian tersebut kita baru sadar baru budaya kita harus dilestarikan agar tidak diakui oleh negara lain lagi.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi[4]. Dari budaya juga akan menata perilaku dan sikap seorang pemuda dalam berpendidikan dan berkarakter. Namun, saat ini kita dapat melihat betapa lemahnya peran pemuda bangsa kita sekarang dalam menjaga dan melestarikan budaya daerah masing-masing, pemuda bangsa kita sekarang lebih suka mengikuti budaya modern yang kebarat-baratan dari pada budaya kita yang sopan dan ketimuran.

Ada ditangan generasi mudalah nasib bangsa. Apabila generasi mudahnya memiliki kualitas yang unggul dan semangat yang kuat untuk memajukan budaya daerah di bangsa dan negara ini yang didasari dengan keimanan yang kuat dan akhlak yang mulia serta berkerja keras, saya yakin pemuda dengan mudah memajukan budaya daerah.

Jika, seorang pemuda memiliki kecintaan dan mau ikut serta melestarikan budaya daerahnya, budaya tersebut akan tetap ada di generasi. Namun, seperti yang kita ketahui besarnya pengaruh budaya asing terhadap budaya daerah ini yang membuat para pemuda yang peduli terhadap budaya daerahnya harus bekerja keras dan mempilterasi setiap budaya yang masuk ke daerah. Jangan sampai pemuda lengah dan bahkan mengikuti budaya-budaya yang bertentangan dengan budaya daerah dan ideologi negara.

“Melestarikan suatu budaya lebih sulit daripada membuat budaya baru”, begitulah ungkapan orang bijak dari artikel yang pernah saya baca[5]. Tapi itulah kenyataannya saat ini yang terjadi di negara kita lebih sulit mempelajari budaya daerah kita sendiri seperti tari, teater sejarah, lagu daerah dan lain sebagainya daripada mempelajari budaya orang lain seperti budaya alai, lebay, budaya barat. Dari sinilah peran penting para pemuda untuk meluruskan dan membenarkan serta melestarikan budaya daerah yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat saat ini. Kesadaran untuk melestarikan budaya daerah harus dimulai dari para pemudanya, karena diri para pemuda sebenarnya ada potensi yang besar yang perlu didorong untuk memacu semangat masyarakat untuk lebih peduli budaya pada daerahnya.

Terkait dengan peran pemuda dalam melestarikan budaya bangsa, ada cara lain yang bisa kita tempuh untuk menyelamatkan budaya bangsa Indonesia sebelum budaya kita diakui oleh negara lain. Peran generasi muda sebagai penyelamat budaya dalam hal ini sangat dibutuhkan, karena dengan ide-ide yang kreatif dan cemerlang tersebut para generasi muda mampu membatu pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan ini. Sudah seharusnya dan sudah menjadi kewajiban kita para pemuda untuk terus berusaha dan berupaya untuk terus melestraikan budaya peninggalan sejarah nenek moyang kita yang telah ditinggalkan dalam bentuk budaya maupun bentuk bangunan bersejarah. Sebagai generasi penerus sudah seharusnya jika para pemuda menggalih potensi dirinya dan berupaya untuk mengaktifkan lagi kebudayaan daerah yang sebagian besar sudah tergeserkan oleh nilai budaya asing, etika dan lainnya sangat bertentangan dengan budaya dasar daerah kita.

Pemuda sebagai aset penerus keberadaan budaya daerah sudah menjadi kewajiban baginya untuk berusaha dan berupaya melestarikan kebudayaan daerah yang sebagian sudah hampir punah, sehingga kebudayaan yang hampir punah tersebut dapat dilestarikan lagi. Kecintaan kita pada budaya dan berusaha membentuk kelompok-kelompok pencinta budaya daerah serta bekerja sama dengan pemerintah untuk membantu berdirinya sarana dan prasarana agar terwujudnya kelestraian budaya daerah tersebut. Dengan berdirinya kelompok sanggar muda tersebut dapat diharapkan bisa melestarikan budaya daerah yang ada dan menumbuhkan kecintaan serta kesadaran generasi muda akan pentingnya untuk melestraikan budaya daerah[6].

 

Perkara Korupsi Membuat Bangsa Frustasi1 Safrina Santi (9975639928) 2[1]

Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi. Jika dilihat dari struktur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, namun pada hakikatnya mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagai tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatannya guna mengambil keuntungan yang bersifat pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi bahwasanya korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang keuatan ketentuan formal, misalnya dengan alasan hukum dan kekuatan senjata untuk memperkaya diri sendiri.

Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila dia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhi agar dia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah.3 Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiah dalam bentuk balas jasa, dan itu juga termasuk tindak korupsi. Selanjutnya Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau kelompok partainya yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, hal tersebut juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas terlihat bahwa cirri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingka laku yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat.

Ada beberapa penyebab terjadinya korupsi. Singh (1974) menemukan dalam penelitiannya bahwa penyebab terjadinya korupsi di India adalah kelemahan moral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%), hambatan struktur administrasi ( 17,2%), hambatan struktur sosial(7,08%). Sementara itu Merican (1971) menyatakan penyebab terjadinya korupsi yaitu peninggalan pemerintahan kolonial, kemiskinan dan ketidaksamaan, gaji yang rendah, persepsi yang popular, peraturan pemerintah yang bertele-tele, dan pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.

Seperti halnya Fanda Fadly Lubis, Lurah Ceger yang melakukan tindak korupsi terkait dengan dana kegiatan pengadaan belanja barang jasa Kelurahan Ceger Jakarta Timur tahun 2012 senilai Rp 450 juta. Dalam hal ini Zaitul Akman selaku Bendahara Keluran Ceger juga mengalami kasus yang sama halnya dengan Fanda Fadly Lubis yaitu meakukan tindak korupsi. Dalam hal ini saja kita sudah mengetahui bahwa tindak korupsi dilakukan oleh orang- orang yang sudah memiliki jabatan yang tinggi tetapi tetap saja korupsi dilakukan oleh para koruptor meskipun pendapatatnya memadai untuk kebutuhan sehari-harinya. Dalam hal tersebut sudah tampak sekali bahwa banyaknya para pejabat yang melakukan tindak korupsi yang dikarenakan kurangnya moral yang dimiliki oleh seseorang. Ironisnya, sikap mental para pejabat yang ingin memiliki keuntungan yang lebih dari hasil suap dengan cara yang tidak halal, tidak ada kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan akan membuat turunnya moral bangsa.

Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.4 Korupsi merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi). Sudah kita ketahui bahwa tindak korupsi dapat merugikan semua pihak yang terkait. kasus korupsi di negeri ini memang kian merajalela. Semua anggota DPR pusat, DPRD tingkat I atau bahkan DPRD tingkat II pasti mengetahui gelagat korupsi itu sendiri. Tapi mereka hanya diam saja, karena mereka merasa tidak enak hati atau merasa sungkan jika mereka melakukan kasus korupsi teman mereka sendiri. Atau bahkan mereka mendapat uang pelicin dari anggota dewan tersebut agar diam dan tidak menyebarluaskan fakta yang terjadi di lembaga pemerintahan di negeri ini.

 

Sikap kesetiakawanan yang mereka lakukan tidaklah patut untuk dilakukan. Teman korupsi pun masih dilindungi dengan alasan manusia harus saling membantu dan saling menolong. Padahal sudah jelas disebutkan di Al-Qur’an Surat Al Maidah Ayat 2, yaitu:

Saling tolong menolonglah dalam hal kebaikan dan jangan saling tolong menolonglah dalam hal kemungkaran.5 [2]

Jelas ini sudah merupakan suatu kemunduran. Merupakan suatu kegiatan penyalahgunaan jabatan dan juga penyalahgunaan kekuasaan untuk hal hal yang tidak bermanfaat untuk rakyat dan masyarakat.

 

Dalam hal ini upaya penanggulangan korupsi dapat dicegah dengan dengan beberapa upaya. Pertama yaitu dengan cara preventif yaitu membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi pemerintahan maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara milik pribadi dan milik perusahaan bagi pejabat dan dan pegawai negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta agar pejabat dan pegawai saling menegakkan wibawa dan integrasi jabatannya agar tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya. Kedua dengan cara Represif yaitu perlu adannya penayangan wajah para koruptor di media massa dan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat atau perekonomian negara yang dari segi materil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.

Untuk itu saya mengajak pembaca agar kita dapat membersihkan diri kita, keluarga kita, teman dekat kita dari yang namanya korupsi. Mari saling mengingatkan untuk segera menjauh dari apa yang dinamakan korupsi, karena korupsi sudah merajalela dimana mana dan jika korupsi itu telah merasuk dalam diri kita, maka korupsi itu akan mendarah daging.


[1] Tugas menulis artikel ilmiah populer kelas XI semester I Pembelajaran Bahasa Indonesia

2  Siswa SMA Negeri 2 Sekayu kelas XI IPA 3

3  Whertheim(1970)

4  UUD No 31 Tahun 1999

5  Al-Qur’an terjemahan Surat Al Maidah Ayat 2

Pemuda Bangkit dari Duduknya, Demi Pelestarian Budaya[1]. Indah Meilani (9971604382)[2]

Pemuda adalah generasi penerus bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini sampai dengan akhirnya nanti. Bukan berarti perjuangan yang dimaksudkan sekarang bukan perjuangan harus mengusir penjajah melainkan perjuangan untuk menjadi bangsa yang lebih baik lagi dari sekarang. Pemuda merupakan aset negara untuk mencapai negara yang makmur dan sejahtera karena pemuda akan menjadi pemimpin bagi bangsa ini. Dengan begitu pemuda harus bisa menjalankan segala sesuatunya dengan jujur dan berlaku adil supaya hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

Pemuda tentunya sangat amat berperan penting dalam pelestarian budaya bangsa dimana dengan partisipasi dari pemuda maka budaya bangsa tidak akan luntur atau hilang ditelan tren-tren masa kini. Tentunya hal itu dapat dilakukan oleh generasi muda saat ini yang mempunyai kemauan, kemampuan dan harapan yang besar untuk membangun atau meningkatkan potensi yang dimiliki tiap-tiap daerah khususnya dalam pelestarian budaya yang ada di daerah itu.

Hal itu tentunya mudah jika hanya kita pikirkan tapi jika ingin dilihat dari kondisi masyarakat Indonesia saat ini kebanyakan masyarakat tidak memperdulikan hal itu, mereka hanya lebih mengutarakan kesenangannya saja, dan pastinya hanya segelintir orang yang masih peduli akan kemajuan bangsa ini. Lantas bagaimana nasib bangsa ini kedepannya? Apakah akan terus kita biarkan, negara kita tercinta kehilangan budaya yang memang telah menjadi ciri khas dari tiap daerah yang ada.

            Keadaan yang dialami oleh masyarakat indonesia saat ini sangatlah memprihatinkan jika nantinya harus bangsa ini kehilangan budaya yang indah, karena gagalnya pelestarian budaya yang ada. Alangkah sayangnya budaya yang unik dan indah di negara kita tercinta ini hilang ditelan oleh masuknya budaya barat yang menghantui dan membuat masyarakat Indonesia lebih mencintai budaya luar dibandingkan dengan budaya lokal. Hal itu dapat menghancurkan cita-cita bangsa ini, ketika penduduk Indonesia yang menjadi tulang punggung bangsa ini tidak mempunyai rasa kepedulian terhadap kemajuan bangsa, tentunya harapan yang besar akan sirna ketika tidak ada yang perduli terhadap budaya yang ada. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor : pertama, karena belum mengetahui, memahami, menguasai, dan belum bisa mengkomunikasikan budaya lokal dengan baik. Kedua, karena kurangnya kecintaan terhadap budaya sendiri ditambah lagi luntur akibat masuknya budaya barat yang bisa dijadikan tren masa kini. Ketiga, anggapan bahwa mempelajari budaya sendiri itu kurang modern yang lebih modern itu dengan mengikuti budaya barat.

Hal itu dapat melunturkan kecintaan masyarakat indonesia terhadap budaya lokal. Padahal ketika masyarakat indonesia meninggalkan budaya lokal lama kelamaan budaya itu akan hilang dan digantikan dengan budaya baru, tentunya itu tidak boleh terjadi karena budaya merupakan ciri khas dari negara kita, tidak ada satu pun negara yang dapat meniru ataupun mengambil budaya kita tanpa ada izin dari pihak tertentu. Tapi hal itu bisa terjadi ketika masyarakat indonesia meninggalkan budaya lokal dan lebih memilih mengambil budaya barat. Dan ketika budaya kita hampir hilang di telan zaman maka orang luar akan mencoba mengambil nya, karena kita telah meninggalkannya, Padahal potensi yang dimiliki setiap daerah yang ada di Indonesia ini sangatlah besar dengan banyaknya budaya, kesenian, suku, ras, bahasa, agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia. Banyaknya perbedaan yang ada di Indonesia bukanlah menjadi penghambat, akan tetapi dengan banyaknya perbedaan yang ada akan menjadi suatu kelebihan yang dimiliki. Sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia  “Bhineka Tunggal Ika”, yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu.

            Disinilah peran pemuda yaitu memperbaiki keadaan bangsa yang sudah lama terjajah oleh kecintaan terhadap budaya luar. Pemuda dapat melakukan berbagai cara untuk menumbuhkan kecintaan dan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap budayanya sendiri. Agar bangsa ini berdiri menjadi bangsa yang utuh dengan membanggakan budaya sendiri tanpa harus mengadopsi budaya dari negara luar yang belum secara utuh kita ketahui.

            Pemuda dapat melakukan berbagai macam cara untuk memperbaikinya yaitu dengan cara melakukan kegiatan pelestarian kebudayaan, salah satunya dengan ikut serta langsung dalam acara festival budaya di daerah masing-masing agar dapat mengenal dan mencintai kebudayaan yang ada di Indonesia sejak dini. Hal inilah yang membuktikan bahwa di pundak pemudalah masa depan pembangunan bangsa dan negara indonesia, karena pada diri generasi muda tersimpan potensi yang besar dan memiliki gaya kreatifitas yang tidak terbatas untuk melakukan kesuksesan  suatu pembangunan. Pemuda sebagai elemen yang sangat penting dan tidak bisa digantikan dalam upaya pelestarian budaya bangsa, pemuda juga harus berkontribusi dalam hal pembangunan bangsa dan negara Indonesia, karena apresiasi pemuda sangat diperlukan sebagai tenaga-tenaga profesional yang energik, kreatif, dan inovatif.

             Kecintaan masyarakat Indonesia akan sangat mudah ditumbuhkan sejak dini ketika sudah diajarkan untuk mengenal dan mencitai budaya lokal dengan begitu maka masyarakat Indonesia akan mengetahui dan memahami betapa pentingnya mempelajari dan mengenal lebih jauh budaya kita sendiri.

Pemuda sebagai generasi penerus perjuangan dan cita-cita bangsa untuk pembangunan bangsa ini sekaligus menjaga semua yang dimiliki bangsa ini supaya tidak hilang di telan waktu. Terutama dalam hal pelestarian kebudayaan, karena dengan bantuan pemuda yang pemikirannya sangat energik dan inovatif dapat membuat masyarakat Indonesia mudah menerima, memahami dan mencintai budaya sendiri, pemuda dapat menimbulkan atau memunculkan budaya lokal dengan kreasinya yang dapat menarik minat masyarakat Indonesia supaya lebih mengenal budaya sendiri. Dengan bantuan pemuda untuk tetap melestarikan budaya bangsa tentunya budaya yang ada di Indonesia akan terus berkembang dan tidak akan hilang ditelan zaman. Pemuda sebagai paru-paru negara untuk tetap menjaga lestarinya budaya.

 


[1] Tugas menulis artikel ilmiah popular kelas XI semester I pembelajaran Bahasa   Indonesia

[2] Siswi SMA Negeri 2 Sekayu kelas XI IPA 3

Tawuran Hilang, Negara Aman[1] M.Agusantio(9981400553)[2]

“Sekitar beberapa minggu yang lalu dikabarkan terjadi tawuran antar pelajar SMAN 70 dan SMAN 6 Jakarta adalah tawuran pelajar yang paling tragis”.[3]

Fenomena di atas mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita karena sudah sangat banyak orang yang menjadi korban dari tawuran pelajar ini, baik dari kalangan masyarakat, sekolah, pemerintah, bahkan pelajar itu sendiri.

Banyak kerusakan yang disebabkan oleh tawuran ini, seperti hancurnya rumah masyarakat, kendaraan pribadi dan umum, bahkan fasilitas umum yang ada disekitar lokasi tawuran tersebut.

Sudah banyak sekali kasus tawuran yang terjadi di Indonesia, data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak menyatakan bahwa pada 2010, setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antar pelajar. Angka itu melonjak tajam lebih dari 100% pada 2011, yakni 330 kasus tawuran yang menewaskan 82 pelajar. Pada Januari-Juni 2012, telah terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12 pelajar.[4] 229 kasus tawuran yang terjadi sepanjang Januari hingga Oktober 2013. Jumlah ini hanya yang diketahui dan belum ditambah dengan jumlah pelajar yang terluka dan dirawat di rumah sakit akibat kekerasan antar sesama pelajar.[5]

Berdasarkan data tersebutlah yang menyebabkan penulis tertarik untuk mengungkapkan misteri di balik tawuran antar pelajar ini, sebenarnya apa penyebab yang membuat para pelajar tersebut melakukan tawuran? Apakah ada faktor lain yang mendorong mereka untuk melakukan tawuran tersebut?

            Berbicara masalah penyebab, ada begitu banyak penyebab terjadinya tawuran antar pelajar ini, salah satu nya ialah karena negara Indonesia ini sendiri, seperti yang kita ketahui, pada tahun 1998 terjadi aksi demo besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menjatuhkan Bapak Soeharto dari tahtanya sebagai orang nomor satu di Indonesia. Dalam aksi demo tersebut terdapat banyak sekali tindak kekerasan, sehingga menyebabkan tertanamnya dalam diri pelajar-pelajar Indonesia bahwa tindak kekerasan adalah hal yang biasa dan lumrah untuk dilakukan.

Tetapi jelas bukan itu saja yang menyebabkan terjadinya tawuran, seperti layaknya sebuah bom yang siap meledak dan hanya memerlukan sedikit pemicu agar bom tersebut meledak, seperti itulah pelajar Indonesia saat ini. Pemicu tersebut adalah seperti saling megejek satu sama lain, terjadi kesalahpahaman atau bahkan masalah percintaan yang tak jarang menjadi pemicu aksi tawuran. Semua itu semakin diperkuat dengan banyaknya keragaman budaya, bahasa, agama, dan ras di Indonesia.

            Faktor lainnya adalah lemahnya kepemimpinan, kultur sekolah, dan ketidakhadiran negara (dalam bentuk ketidakberdayaannya aparat kepolisian) dalam menyikapi persoalan serius ini. Pendidikan karakter dalam konteks tawuran tidak bisa diatasi dengan imbauan, pembuatan kesepakatan damai antarsiswa atau sekolah, tetapi dengan pendekatan yang lebih komprehensif dan komitmen dari banyak pihak. Maka, kultur pendidikan karakter yang nyaman dan aman (caring community) di sekolah tidak bisa ditawar lagi.

            Baiklah, yang pertama adalah lemahnya kepemimpinan atau minimnya tanggung jawab. Tradisi tawuran di SMA yang sudah terjadi bertahun-tahun menunjukkan minimnya kesadaran dan tanggung jawab pemimpin sekolah terhadap lembaga pendidikan yang dikelolanya. Memang, di sisi lain tawuran pelajar sering terjadi selepas jam sekolah, bahkan pada sore hari, sehingga secara lokalitas sudah di luar batas pagar sekolah.

Mengapa terjadi terus-menerus? Berkelanjutannya aksi tawuran ini karena para pemimpin sekolah kurang memiliki rasa tanggung jawab atas persoalan penting di sekolahnya. Tidak bisa pemimpin sekolah hanya berujar, ”Kejadian itu di luar lingkup sekolah, maka kami tidak ikut bertanggung jawab!” Sikap seperti ini mengerdilkan tanggung jawab pemimpin pendidikan dalam membentuk karakter siswa.

Pendekatan ritual, yang menekankan pembuatan kesepakatan damai antarpihak sekolah yang berselisih, tidak akan efektif karena perubahan untuk pembentukan karakter tidak cukup hanya mengandalkan selembar kertas yang ditandatangani bersama. Yang dibutuhkan adalah pembelajaran bersama antarsekolah dan antarsiswa tentang pentingnya membangun sikap damai dan menghargai individu itu sebagai makhluk bermartabat, bukan benda atau barang yang bisa dirusak setiap saat.

            Yang kedua adalah lemahnya kultur sekolah. Selain unsur kepemimpinan, pendidikan karakter yang efektif akan terjadi ketika setiap individu dalam lembaga pendidikan merasa aman dan nyaman bersekolah. Tanpa perasaan itu, prestasi akademis siswa akan menurun. Siswa juga tidak dapat belajar dengan baik karena selalu dihantui rasa waswas, apakah mereka akan selamat saat berangkat atau pulang sekolah.

Perasaan aman dan nyaman akan muncul bila setiap individu yang menjadi anggota komunitas sekolah merasa dihargai, dimanusiakan, dan dianggap bernilai kehadirannya dalam lingkungan pendidikan. Masalahnya adalah, budaya kekerasan telah merambah ke seluruh lapisan masyarakat kita, menggerus kultur sekolah dengan wujud yang berbeda. Misalnya, ketika lembaga pendidikan menerapkan sistem katrol nilai, di sini telah terjadi ketidakadilan dan pelecehan terhadap kinerja individu. Mereka yang gigih belajar dan mendapatkan nilai baik, tidak berbeda dengan yang tidak gigih belajar, malas, karena mereka dikatrol sehingga nilainya juga baik.

Kultur sekolah ini sesungguhnya bertentangan dengan prinsip penghargaan terhadap individu. Individu telah dimanipulasi sebagai alat pemenangan nama baik sekolah melalui sistem katrol. Dengan demikian, sekolah seolah-olah memberi citra bahwa pendidikan di sekolah itu baik dan ini terbukti dari kelulusan atau kenaikan kelas 100 persen.

Menghargai individu sesuai dengan harkat dan martabatnya, serta menghargai sesuai dengan jasa dan usahanya dalam belajar, merupakan sebentuk praktik keadilan. Praktik keadilan yang terjadi dalam lingkungan pendidikan akan membuat individu itu nyaman dan semakin termotivasi dalam meningkatkan keunggulan akademik. Ketika kebanggaan pada kualitas akademis berkurang, siswa mencari pembenaran dengan penghargaan diri palsu di luar, termasuk tawuran.

Yang ketiga yaitu tidak hadirnya negara dalam menanggapi tawuran ini. Fenomena tawuran menjadi indikasi jelas bahwa negara tidak hadir, bahkan cenderung membiarkan suatu tindak kejahatan dilakukan bersama-sama.

Ketika aparat kepolisian hanya diam saja berhadapan dengan kegarangan siswa yang membawa golok, rantai, dan bambu runcing di jalanan, saat itulah sebenarnya aparat kepolisian menelanjangi diri dan menunjukkan bahwa negara absen.

Pendidikan karakter yang efektif mensyaratkan peran serta komunitas di luar sekolah sebagai rekan strategis dalam pengembangan pendidikan. Karena itu, peran serta komunitas, seperti media, orangtua, aparat kepolisian, pejabat pemerintah, dalam upaya mengikis perilaku tawuran sangatlah diperlukan. Negara seharusnya tetap hadir dan menjadi pendidik masyarakat untuk menaati ketertiban dan hukum. .[6]

Adapun adanya faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya tawuran ini adalah karena adanya pihak yang menjadi propokator dari tawuran ini, yang menghasud dua belah pihak agar berkelahi satu sama lain, entah propokator itu berasal dari sekolah itu sendiri atau dari luar sekolah yang menyebabkan tawuran antar pelajar ini.

Dan faktor lainnya ialah karena kedua pihak yang berselisih ini merasa bahwa merekalah yang paling hebat dan mereka membuktikannya dengan cara berkelahi satu sama lain.

Lalu apakah solusi yang terbaik yang dapat ditawarkan agar tawuran pelajar ini dapat terus berkurang dan akhirnya tak ada lagi tawuran antarpelajar di Indonesia?

            Terkait tawuran antarpelajar ada beberapa cara yang dapat disarankan penulis untuk mengatasi banyaknya tawuran antarpelajar ini, yaitu untuk para orangtua berikanlah kasih sayang yang cukup bagi anak-anak kalian, agar mereka tidak terasa bahwa dirinya kesepian dan melarikan diri mereka kearah yang negatif. Banyak sekali anak-anak muda tepatnya pelajar yang kekurangan kasih sayang orangtua mereka, sehingga mereka memilih bersenang-senang dengan teman-teman mereka demi mendapatkan perhatian dan mendapatkan kesenangan yang tidak dapat mereka dapatkan dari orangtuanya.

            Untuk pihak sekolah, sebaiknya melakukan peengawasan yang ketat untuk murid-muridnya agar tidak membawa senjata-senjata yang berbahaya dan selalu memberikan nasihat kepada mereka setiap saat tentang bahaya dari tawuran baik untuk masyarakat umum maupun untuk masa depan mereka sendiri.

            Pemerintah sangat berperan penting dalam terwujudnya pelajar Indonesia yang taat aturan dan pelajar tanpa tawuran. Karena pemerintah dapat memberlakukan UU yang memberikan sanksi keras bagi pelajar yang melakukan tawuran, tetapi tidak hanya itu pemerintah juga harus melakukan penyuluhan kepada sekolah, pelajar, orangtua dan masyarakat agar mereka mengetahui bahwa tawuran itu adalah perbuatan yang tercela dan dapat menghancurkan masa depan pelajar dan masa depan bangsa ini yang sangat tergantung pada generasi muda saat ini yang akan menjadi penerus pembangun bangsa ini. Masyarakat pun sebaiknya jangan melakukan tindakan yang berlebihan seperti kekerasan dibalas kekerasan karena itu hanya akan membuat perpecahan, oleh karena itu masyarakat sebaiknya bersabar dan menyerahkan urusan ini pada pihak yang berwenang agar terciptanya keamanan dan ketentraman.

            Dan terkhusus untuk pelajar itu sendiri, mereka harus diberikan penyuluhan secara berkala agar tidak melakukan tawuran dan menjauhi sesuatu yang berhubungan dengan kekerasan, dan untuk pelajar yang telah terlanjur melakukan tawuran, mereka harus diberikan sosialisasi yang berhubungan dengan bahayanya tawuran dan agar mereka tidak melakukan tawuran lagi.

Jadi, dari pernyataan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa penyebab terjadinya tawuran pelajar di Indonesia adalah karena telah tertanamnya didalam diri mereka bahwa kekerasan itu adalah hal biasa dilakukan, dan tentunya ada faktor-faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya tawuran ini, walaupun itu adalah hal sepele yang tak sepatutnua di ributkan dan juga lemahnya kepemimpinan, kultur sekolah, dan ketidakhadiran negara (dalam bentuk ketidakberdayaannya aparat kepolisian) dalam menyikapi persoalan serius ini.

            Dan solusi yang tepat untuk masalah ini adalah dengan bekerja samanya antara orangtua, sekolah dan pemerintah dalam memberikan penyuluhan kepada para pelajar betapa buruknya tawuran itu agar mereka tidak pernah mau sesekali melakukan tindakan tersebut.

           

 

Pemuda Cahaya Bangsa, Pemuda Bisa Karena Biasa![1] Disnia Paramitha R (9976371710)[2]

 

Seperti yang kita ketahui bahwa budaya di Indonesia sangatlah beragam.  Mulai dari bahasa, makanan khas, tarian, musik, hingga pakaian. Dalam hubungannya dengan lingkungan, budaya itu sendiri jelas tercipta dengan adanya kegiatan sehari-hari juga kejadian yang berasal dari manusia itu sendiri dan pastinya telah diatur oleh Tuhan. Dalam hubungannya dengan kebudayaan, manusia juga memiliki kedudukan terhadap kebudayaan itu sendiri, antara lain sebagai penganut, pembawa, manipulator kebudayaan dan yang terakhir penciptanya. Tetapi yang akan dibahas saat ini ialah bukan siapa orang yang menciptakan budaya, bukan pula bagaimana cara mereka membawa budaya ke negeri ini. Akan tetapi bagaimana peran manusia khususnya pemuda Indonesia untuk berperan aktif dalam melestarikan budaya.[3]

Sosok pemuda Indonesia sangatlah berperan penuh dalam aktivitas kebangsaan. Karena seperti yang bisa kita lihat, bahwa pemuda mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan suatu bangsa. Dengan memiliki keterampilan, wawasan, dan semangat yang menggebu pemuda juga dituntut untuk berperan aktif dalam melestarikan budaya. Akan tetapi coba kita lihat pada saat ini, tak sedikit pemuda Indonesia menyia-nyiakan budayanya sendiri dengan berlaku acuh tak acuh terhadap budaya bangsa. Bahkan tak sedikit pula yang baru mengetahui budayanya setelah mendapatkan kabar bahwa budaya itu di klaim negara tetangga.

Di zaman yang modern ini tentu banyak sekali halangan yang akan di dapat pemuda Indonesia dalam melestarikan budaya. Pengaruh globalisasi yang tidak terkendali adalah penyebab utamanya. Dengan adanya pengaruh globalisasi dan budaya asing di Indonesia, mampu membuat budaya kita memudar bahkan bisa saja diperkirakan akan terhapus. Pada saat ini yang menjadi pertanyaan adalah, masih adakah semangat juang di dalam jiwa para pemuda Indonesia? Ya, memang ada tetapi tidak terlalu banyak.

Lalu apabila kita berbicara mengenai budaya dalam berpakaian, bisa kita lihat sekarang banyak sekali remaja yang lebih menyukai pakaian yang kurang sopan dan merupakan ala berpakaian kebarat-baratan daripada menggunakan pakaian yang bercirikan sopan dan ketimuran, apalagi di kota-kota besar yang sangat mudah sekali menerima budaya luar. Tidak hanya itu, tidak sedikit pula remaja perempuan yang lebih memilih modern dance daripada tari tradisional. zaman sekarang tari tradisional dibilang hanya membuat ngantuk saja. Lalu, bagaimana pemuda bisa melestarikan budaya Indonesia sedangkan budaya daerah mereka masing-masing saja sudah sulit mereka terima dan lestarikan. Itu hanya contoh kecil dalam budaya berpakaian, sekarang di dalam kehidupan sehari-hari juga tak sedikit pemuda-pemuda Indonesia berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa asing atau bahkan bahasa yang mereka ciptakan sendiri. Contohnya saja bahasa Alay.[4]

Pada saat ini di dalam benak beberapa pemuda hanya memikirkan kepuasan dan kesenangan mereka saja. Bahkan menghabiskan banyak uang orang tua untuk hura-hura. Jarang terlintas di benak banyak pemuda mengenai sumpah para pemuda-pemudi Indonesia di masa lampau. Mereka yang telah berjuang untuk mempersatukan Indonesia dengan beragam budaya dan bahasa pastinya akan sedih dan miris apabila melihat kelakuan pemuda pada saat ini yang kondisinya sungguh memprihatinkan. Jika sekarang saja budaya yang kita miliki sangat mudah di klaim dan disahkan oleh bangsa lain, bagaimana nasib budaya-budaya yang beragam lainnya di masa yang akan datang? Siapa yang akan menjaga semuanya, kecuali peran pemuda dan rasa kecintaan mereka terhadap bangsa ini. Jika hanya bisa berkoar-koar dan saling menyalahkan ketika budaya kita di klaim bangsa lain itu tidaklah bisa membuat budaya kita terjaga. Harus adanya kesadaran dari pihak pemuda sebagai generasi penerus. Pemuda adalah generasi yang sangat dituntut untuk memajukan bangsa ini.

Pemuda adalah aset negara, dimana maju atau berkembangnya bangsa dan negara di masa yang akan datang tentulah berada di tangan pemuda-pemuda bangsa pada saat ini. Lemahnya peran pemuda dalam melestarikan budaya sangatlah disayangkan. Beberapa solusi untuk memperbaiki masalah ini tentu sangat diperlukan. Adapun solusi yang dapat dilakukan adalah yang pertama hendaknya para pemuda Indonesia mengetahui, mengenal dan mempelajari budaya daerah masing-masing terlebih dahulu. Lalu baru mengembangkannya dan mensosialisasikan budaya tersebut. Selain itu, kita juga harus menjaga budaya yang sangat beragam ini agar tidak dapat diakui oleh negara lain. pemuda sebagai generasi bangsa berkewajiban menjaganya dan mengembangkannya. [5]

Lalu pemuda hendaknya mempraktekkan dan mengaplikasikan kebudayaan itu dalam kehidupan sehari-hari kita agar kita selalu mengingat dan tidak melupakannya. Karena dengan banyaknya budaya luar, kita harus menjaga sikap agar tidak terlalu mudah menerimanya. Jangan pernah menghapus kebudayaan yang telah ada di bangsa ini dari masa yang lampau hanya dengan budaya baru yang datang dan membuat kita terlena. Sebab dengan banyaknya budaya yang bangsa kita miliki membuat bangsa ini semakin kaya lagi. Seharusnya kita bangga dengan banyaknya budaya, bukan menyia-nyiakannya.[6]